Kutancapkan jari
jemariku kedalam papan, melangkah dan bergerak dengan perlahan untuk menaklukan
keluh kesahku. Ketika badai rindu, angin galau, banjir kesal menghantam logika
serta naluriku dengan bertubi tubi, menyendiri di kamar dan menuangkan pada
sebidang tulisan jalan pelampiasanku.
Orang orang
selalu bilang aku kuper dan tak update dalam pergaulan, karena aku jarang
terbang malam untuk mejadi kunang kunang. Tapi aku kura kura yang selalu di
hantam masalah. Aku tak pernah menanggapi itu semua karena setiap orang
mempunyai kesenangan masing masing. Termasuk aku yang menyendiri bila terjadi
banyak bencana di dalam raga dan kalbuku.
Buku yang
tersisihkan menangis karena aku tak memperhatikannya, pulpen, penggaris, tipex
dan medsosku menangis dan cemburu karena aku lebih percaya pada tulisanku untuk
pelampiasan.
Padahal ketika
aku di terpa bencana untuk bangkit dari keterpurukan itu aku membutuhkan
beberapa bulan untuk segar dan normal kembali. Aku bagaikan orang gila yang
hidup normal, pikiranku entah melayang kemana menerobos ruang dan waktu dari
dimensi lain. Sedang raga ini berkecimpung di perhelatan gosip.
Merenung ,
menulis,merenung, menulis, merenung, menulis. Itulah aku dengan segala
imajinasi yang terkandung dalam logika.
Kebahagianlah
menurutku hanyalah dongeng belaka, karena naluriku berkata kalau kebahagian
hanya untuk orang yang sudah masuk dalam ridha allah, sedangkan di zaman
sekarang ini banyak keseimbangan keseimbangan yang tidak terpenuhi yang membuat
otaku bertanya- Tanya” apakah ini akhir zaman”.
Apakah akhir
zaman ini seiring dengan bencana yang menerpaku setiap waktu? Waallahuallam bissowab.
No comments:
Post a Comment